Berbicara tentang perilaku membedakan dalam memandang seseorang berdasarkan jenis kelamin atau sering disebut seksis, merupakan hal yang kompleks dan tidak sederhana. Asal muasal perilaku inipun rupanya tidak bisa dilepaskan dari akar katanya yang ternyata bukan berasal asli dari bahasa Indonesia. Makna kata seksis tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia suntingan Antom M. Moeliono cetakan tahun 1990, dan bahkan tidak diketemukan dalam kamus bahasa Inggris karangan Prof. Drs. Wojowasito –WJS. Purwodarminto cetakan 1980. Namun kemudian didefinisikn oleh Byron dan Byrne pada Buku Social Psychology Understanding Human Interaction bahwa seksis bermakna prasangka berbasiskan gender, juga oleh Anne Powell (1991) Bahasa yang membayangkan bias atau berat sebelah kepada jenis kelamin tertentu.
Dengan demikian, maka ketika kita berbicara seksis sebagai manifestasi sikap atau sudah terwujud dalam perilaku maka kita perlu menelusuri akarnya. Pembedaan perilaku kepada jenis kelamin yang berbeda bisa dijelaskan dengan beberapa konsep dalam psikologi sosial salah satunya adalah konsep dari attribusi yakni Self Serving Bias. Konsep ini adalah sebuah konsep yang bisa diterangkan dengan kata I can do no wrong but you can do no right (Aku tidak bisa salah dan kau tidak bisa benar). Penyimpangan (bias) dalam melakukan atribusi atau pemberian sifat khususnya pada lawan jenis ini terutama muncul pada ketika laki-laki dan wanita terikat pada ikatan emosional atau ikatan seksual seperti perkawinan. (Maas & Volpato, 1989) dan lebih banyak muncul pada laki-laki daripada perempuan (Deaux & Farris, 1977; Hansen& O’Leary, 1985) memang perbedaaan itu tidak selalu ditemukan dalam setiap riset tetapi telah ditemukan dan dipublikasikan lebih banyak sehingga menimbulkan perhatian yang khusus.
Konsep lain yang bisa menjelaskan tentang penyimpangan (bias) ini adalah prasangka (Prejudice) dan juga diskriminasi (discrimination). Apakah beda prasangka dan diskriminasi? Prasangka adalah SIKAP (attitude) biasanya merupakan sikap yang negative yang tertuju kepada anggota dari kelompok masyarakat tertentu, sedangkan diskriminasi adalah PERILAKU (action), biasanya negative, yang ditujukan kepada anggota dari kelompok masyarakat tertentu tersebut. Bagaimana prasangka bisa terjadi? Hal ini disebabkan oleh adanya skema- carapandang kognitif (kognitif framework) untuk mengorganisasikan, menginterpretasi dan memanggil informasi kembali (Fiske&Taylor), jadi seorang yang berprasangka pada sekelompok individu lain memproses informasi tentang kelompok yang diprasangkainya secara berbeda dibanding saat ia memproses informasi tentang kelompok yang lain.. Secara spesifik informasi yang sesuai dengan prasangka mereka akan mendapat perhatian yang lebih daripada informasi yang tidak sesuai dengan prasangka mereka.
Sebagaimana kita ketahui, sikap tidak selalu muncul menjadi aksi yang terbuka (over action). Sebenarnya ada sejumlah jarak yang cukup substansial antara cara pandang seseorang dengan perilaku mereka yang sebenarnya. Demikian pula dalam prasangka. Dalam banyak kasus seseorang yang memiliki sikap negative kepada kelompok tertentu tidak bisa mengkspresikan pandangan negative mereka secara langsung. Hal ini disebabkan karena adanya hukum, tekanan sosial, serta ketakutan jika terjadi pembalasan. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa diskriminasi adalah bentuk terbuka dari prasangka. Diskriminasi bisa muncul dalam berbagai bentuk: mulai dari yang paling rendah seperti menghindarkan diri, hingga yang paling keras seperti pemecatan dari tempat kerja, pembedaan dalam kesempatan pendidikan, atau terjadi pula dalam pembedaan atau diskriminasi dalam lingkungan tempat tinggal.
Lalu bagaimana tentang prasangka dan diskriminasi berdasarkan gender (jenis kelamin)? Sebelum memahami bagaimana prasangka dan kemudian diskriminasi berdasarkan gender, perlu kita ketahui dahulu definisi dan penjelasan tentang gender.
![Validate my Atom 1.0 feed [Valid Atom 1.0]](valid-atom.png)
2 komentar:
Ini yang paling singkat:
Arti: Membeda-bedakan gender
Contoh: Gurumu memilih yang perempuan terus tanpa alasan
Asalnya: Bila gurunya perempuan, dia benci laki-laki. kalo gurunya laki-laki, dia pedofil.
Cara menghilangkan seksis: Hina dia seksis terus sampai dia bunuh diri, jangan merasa bersalah karena orang seksis adalah penghasil aids
Posting Komentar