Pasien gangguan kepribadian ambang berada pada perbatasan antara neurosis dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan cinta dari yang sangat tidak stabil. Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak berada dalam keadaan krisis. Pergeseran mood sering dijumpai. Pasien dapat bersifat argumentatif pada suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki perasaan pada waktu lainnya. Gangguan ini lebih banyak terdapat pada wanita dibandingkan laki-laki dan berdasarkan penelitian biologis ditemukan pada keluarga dimana ada yang memiliki gangguan yang sama.
Perilaku pasien gangguan kepribadian ambang sangat tidak bisa diramalkan; sebagai akibatnya mereka jarang mencapai tingkat kemampuan mereka. Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri sendiri yang berulang, misalnya dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri atau melakukan tindakan mutilasi diri lainnya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan, atau untuk menumpulkan mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka merasakan ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang memiliki hubungan interpersonal yang tidak baik. Mereka dapat bergantung pada orang lain yang dekat dengan mereka, dan mereka dapat mengekspresikan banyak kemarahan pada teman dekatnya jika mengalami frustasi.
Dilihat dari pendekatan kognitif-behavioral, orang yang mengalami gangguan ini evaluasi dirinya selalau negatif, kurang percaya diri dalam mengambil keputusan, motivasi rendah dan tidak mampu mencari tujuan jangka panjang (Martaniah, 1999 : 73)
Tritment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock, 1997 : 258):
a. Psikoterapi. Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi bawah sadar secara mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasien gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadap kritik dan penolakan. Latihan keterampilan sosial, khususnya dengan videotape, membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain dan dengan demikian untuk meningkatkan perilaku interpersonal mereka.
b. Farmakoterapi. Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan dan episode psikotik yang singkat. Anti depresan memperbaiki mood yang terdepresi yang sering ditemukan pada pasien. Inhibitor monoamine oksidase (MAO) efektif dalam memodulasi perilaku impulsive pada beberapa pasien. Benzodiazepine, khususnya alprazolam (Xanax), membantu kecemasan dan depresi, tetapi beberpa pasien menunjukkan disinhibisi dengan obat tersebut. Antikonvulsam, seperti Cabamazepine (Tegretol), dapat meningkatkan fungsi global pada beberapa pasien. Obat serotonenergik seperti fluoxetine dapat membantu pada beberapa kasus.
![Validate my Atom 1.0 feed [Valid Atom 1.0]](valid-atom.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar